Theo Yepese: Jangan Bunuh Seni Papua, Festival Harus Terus Hidup!
Sedih dan prihatin, seniman Papua Theo Yepese, keluhkan ditiadakannya FDS tahun 2025 "Seni Itu Harus Terus Hidup!". Kamis, 10/7/2025 (Foto; Dani)
SENTANI | Suaracycklops.com – Ditiadakannya ajang Festival Danau Sentani (FDS) tahun 2025, yang selama ini menjadi ruang bagi para seniman dan pelaku budaya di Papua, menimbulkan keprihatinan mendalam dari para pegiat seni. Salah satunya disampaikan oleh Theo Yepese, seorang seniman dan tokoh budaya Papua, usai kegiatan lomba tari Wasisi dan Yospan di lapangan upacara Kantor Bupati Jayapura.
Dalam wawancara, Theo menyampaikan kesedihan atas keputusan tersebut. Menurutnya, penghapusan kegiatan festival bisa berdampak besar terhadap ekosistem seni dan budaya di Papua.
“Itu yang membuat kami sedih. Kenapa ditiadakan? Kalau begitu, berarti pemerintah pusat tidak akan memberikan bantuan ke sini lagi. Festival-festival Danau Sentani seharusnya berlangsung terus menerus,” jangan berhenti. ujar Theo.
Ia menekankan pentingnya keberlanjutan event seni budaya sebagai cara untuk menarik wisatawan sekaligus membuka ruang bagi para seniman lokal untuk hidup dari karya dan keterampilan mereka.
“Setiap festival itu harus terus menerus. Kalau tidak, bagaimana caranya mendatangkan pelancong ke sini? Ini penting untuk generasi muda, untuk mau bekerja seni juga harus dengan seni. Ini bukan hanya hobi, tapi pekerjaan,” lanjutnya.
Theo juga menyoroti potensi besar dari sektor seni pertunjukan jika dikelola dengan serius. Ia mencontohkan pengalamannya ketika mengunjungi sebuah taman safari di Bali, di mana tiket pertunjukan seni bisa mencapai Rp.500.000 per orang.
“Bayangkan, satu orang bayar Rp500 ribu untuk nonton seni. Di situ kami belajar, bahwa seni bisa hidup dari penjualan tiket. Kenapa tidak bisa terjadi juga di sini?” katanya.
Lebih lanjut, Theo mengungkapkan bahwa meskipun pernah berkarya dalam keterbatasan dana, dirinya dan rekan-rekan seniman mampu bertahan dan bahkan berkembang. Ia mempertanyakan ke mana arah pendanaan seni budaya saat ini, yang menurutnya tidak terasa manfaatnya secara langsung di kalangan pelaku seni.
“Dulu kami bisa hidup dari dana yang sedikit. Sekarang katanya dananya banyak, tapi mana hasilnya? Harus ada yang berani ungkap ini,” tegasnya.
Theo juga mengajak semua pihak untuk melihat seni sebagai profesi yang layak dihargai, bukan sekadar perlombaan. Ia menolak anggapan bahwa seni hanya soal menang atau kalah.
“Saya tidak ikut lomba untuk juara. Saya main di mana-mana, saya hidup dari seni. Ini pekerjaan saya. Ini hidup saya,” tegasnya lagi.
Menutup wawancara, Theo menyampaikan harapannya agar regenerasi pegiat seni terus berkembang dalam memperkaya nilai-nilai budaya. (DanTop)
Komentar
Posting Komentar